• (Teruntuk : Yth. Bapak Taufiq Ismail)
  • Balairung Pancasila nan gagah pagi itu
  • Sesak gempita bocah-bocah berseragam biru
  • Cerah, melepas  jemu roda pembelajar
  • Riang, sambut pencerah bak pesta akbar
  • ‘Jumpa Tokoh Nasional ‘ payung perjumpaan kala itu
  • Sastrawan Bicara,Siswa Bertanya’ di dua puluh sembilan maret dua ribu
  • Tak ada kamera di genggaman tangan para bocah
  • Tak ada potret dan rekaman penyimpan sejarah
  • Balairung Pancasila nan megah pagi itu
  • Lebur si bocah dalam kacamata kagum dan cemburu
  • Ketika serentetan sejarah terdongeng rapi lewat puisi
  • Dari ‘Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia’ hingga kisah-kisah Si Toni
  • Balairung Pancasila,
  • saya dan Bapak pagi itu
  • Tak ada potret dan rekaman penyimpan kenangan
  • Hanya Ingatan di pelupuk mata tak tergantikan
  • Bersahaja Bapak tegak tulus berkabar
  • Bermusik dalam setiap tutur yang terdengar
  • Menyuntikkan energi menggelegar tanpa hingar bingar
  • Sejarah tercatat lewat karya, kritikan tersampaikan lewat kata, doa terbagikan lewat rima
  • Tak berlebihan jika saya turut mencoba?
  • Rasanya saya dan Bapak sama soal selera
  • Penyuka sastra dan pecinta beasiswa
  • Tak beda tumbuh dalam keluarga guru
  • Masih bisakah jejak Bapak saya tiru ?
  • Rasanya saya dan Bapak sama soal logika
  • Menikmati perjalanan berwisata sebuah cita-cita
  • Pilihan dokter hewan dan ahli peternakan pada mulanya tentu tak mudah dilakoni oleh seorang penyaji kata
  • Masih bisakah saya teladani langkah Bapak (meski berbeda pijakan) untuk sebuah impian  yang sama?
  • Balairung Pancasila esok hari,
  • Berharap masih ada waktu untuk Bapak kembali
  • Tak lagi bersama almarhum Bapak Hamid Jabbar
  • Barangkali bersama karya-karya saya yang tak lagi hambar
  • ****
  • Puisi di atas ditulis dengan kesadaran penuh (setelah bertahun-tahun koma dari dunia tulis-menulis) di penghujung Maret 2011. Terpicu dan terpacu oleh semangat sebuah proyek sosial untuk  menerbitkan sebuah buku antologi puisi yang bertajuk untukmu pena inspirasiku ,berisi kumpulan puisi yang dipersembahkan bagi tokoh inspiratifnya. Konon, hasil penjualannya akan disumbangkan untuk anak jalanan.